Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang
lalu lalang, dan “teman-temannya” sesama penjual tempe di sisi kanan
dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena
tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak.
Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya
tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat…
Tiba-tiba sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah,
seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya.
Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi
mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya? Penjual
tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat.
Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menengadahkan
tangan. Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau
kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi,
jangan jadikan tempe…
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe…
Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi? tanya perempuan itu
lagi. Kepanikan melandanya lagi. “Duh Gusti… bagaimana ini? Tolonglah ya
Allah, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dan dengan
gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang
dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang
masih sama. Belum jadi!
“Alhamdulillah!” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu
kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu
cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?”
Ooh, bukan begitu, Bu. Anak saya yang kuliah di Australia ingin sekali
makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk,
saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi saat saya bawa besok,
sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?
Kisah yang biasa bukan, dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa
dan “memaksakan” Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok
untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan,
merasa kecewa. Padahal Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk
kita. Bahwa semua rencananya adalah sangat sempurna.
Kisah sederhana yang menarik, karena seringkali kita pun mengalami hal
yg serupa. Di saat kita tidak memahami ada hikmah di balik semua
skenario yg Allah SWT takdirkan.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu;Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah
216)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar