[CATATAN SUBUH serie TELADAN]
Memb, catatan subuh kali ini bukan seperti biasanya, sebuah cerita yg
membakar semangat utk melakukan sesuatu, atau cerita sedih yg menyentuh
hati.... Tapi percayalah ini cerita akan tetap menginspirasi... Simak yuuk....
PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi
dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat
pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat
alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu
idaman tersebut.
Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu
terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan
handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga
akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli
karena tabungannya tak pernah mencukupi.
Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally
itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan
sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu
itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu
Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha
yang menjadi kenalan Bung Hatta.
“Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta
sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih
jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan
orang lain daripada kepentingannya sendiri,” kata Adi Sasono, Ketua
Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan
Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana
bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.
Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang
lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi
konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin
dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa
Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini,
seandainya para pemimpin bersih dari tindak KKN, tidak mungkin bangsa
dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang,
melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari
orang asing.
#cukup menginspirasi....?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar