Peristiwa ini terus berulang sampai
hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku !" Ayo dong bunda mandikan aku
sekali ini saja...?" kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi
toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam
masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah
dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama
Mbanya.
Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter,
"Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di
periksa di Ruang Emergency".
Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di
Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi
sayang... terlambat sudah...Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si
malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi
mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia
adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai
menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk
suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang
sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga,
meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.
Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan
nada yang bergetar berkata "Ini Bunda Nak...., Hari ini Bunda mandikan
Bayu ya...sayang....! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak.." .
Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di
dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak
kuasa untuk menahan tangis mereka.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah
masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. .
Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan
disekitanya, "Inikan sudah takdir, ya kan..!" Sama saja, aku di
sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil,
ya dia pergi juga, iya kan?". Saya yang saat itu tepat berada di
sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan
kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang
lain.
Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak
bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan
air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.
Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar,
"Inilah konsekuensi sebuah pilihan!" lanjut Dewi, tetap mencoba untuk
tegar dan kuat.
Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke
tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja
Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas
pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. "Bayu maafkan Bunda ya
sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak...? serunya berulang-ulang sambil
membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang
meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara
putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.
Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris "Bangunlah Bayu
sayaaangku....Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak.....?!?" pintanya
berulang-ulang, "Bunda mau mandikan kamu sayang.... Tolong Beri
kesempatan Bunda sekali saja Nak.... Sekali ini saja, Bayu.. anakku...?"
Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya
berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang
yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri
tanah merah yang menaungi jasad Bayu.
Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk
hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa
yang menyayat hati ini...tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi
bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui
bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa
bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar
memandikan seorang anak.
Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para
orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala
kesibukannya.
Semoga bisa jadi pelajaran buat kita semua...saya hanya melanjutkan
berita ini...moga2 banyak yang baca dan makin peduli bahwa anak itu
titipan Tuhan yang sangat berarti dan bermakna serta harus dijaga..^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar