Rabu, 26 Desember 2012

CATATAN SUBUH #109

Seorang laki-laki tua memiliki seekor kuda, dan pada suatu hari kudanya kaburlari begitu saja dari kandang menuju hutan.Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: “Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!”.
Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya,
dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang
dan segera mengerumuni “koleksi” kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang- pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar
untuk berkebun membantu kuda tua nya.
Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.
Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga
tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit
dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.
Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”
renungan:
Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non- judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai “kesialan”, barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju “keberuntungan” . Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk “menghakimi” kejadian dengan label-label “beruntung”, “sial”, dan sebagainya.
Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu “kesialan”, manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.
Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian – kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya . . . .yang selama ini kita sebut dengan “kesialan” , “musibah ” dll , karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu.
“Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat
diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja.”
Hal semacam ini juga sering terjadi pada diri kita jika kita mau memperhatikannya. Pertanyaannya, Apakah Anda sekarang mengalami Keberuntungan Atau Kemalangan ? Hayoo..?

Senin, 24 Desember 2012

CATATAN SUBUH #108

Ada seorang pencari spiritual yang menempa diri menahan nafsu,
bersiap-siap meninggalkan desa tempat tinggalnya, pergi ke gunung yang
tidak berpenghuni untuk mengasingkan diri bermeditasi. Dia hanya
membawa sepotong kain sebagai pakaian, lalu sendirian pergi ke gunung
dan menetap di sana. Kemudian terlintas dalam benaknya saat ia ingin
mencuci pakaiannya, dia perlu sepotong kain lain sebagai pengganti,
lalu dia turun gunung menuju desa, dan minta sedekah sepotong kain
sebagai pakaian pengganti kepada orang-orang desa, semua orang desa
mengetahui dia adalah seorang yang jujur dan taat, lalu tanpa
ragu-ragu memberikannya sepotong kain
Ketika ia kembali ke gunung, dia menyadari bahwa di dalam pondok yang
ditempatinya ada seekor tikus, sering kali saat dia sedang meditasi
datang menggerogoti pakaiannya yang disiapkan sebagai pengganti itu,
sejak dulu dia telah bersumpah seumur hidup akan menaati disiplin,
pantang membunuh makhluk hidup, oleh karenanya dia tidak mau melukai
tikus itu, namun dia tidak mempunyai cara untuk mengusir sang tikus,
maka dia kembali ke desa, meminta seekor kucing pada warga desa untuk
dipelihara.
Setelah mendapatkan kucing, dia lalu teringat: Harus makan apa kucing
itu? "Aku sama sekali tidak menginginkan kucing memakan tikus, namun
tidak mungkin sama sepertiku hanya makan buah dan tumbuhan liar kan!"
Lantas dia kembali meminta seekor sapi perah pada warga desa, dengan
demikian kucing itu dapat menyandarkan hidupnya pada air susu sapi itu.
Akan tetapi, setelah beberapa waktu tinggal di gunung, dia menyadari
bahwa setiap hari harus membuang banyak waktu untuk merawat dan
memberi makan rumput pada sapi betina itu, dia lalu kembali lagi ke
desa, menemukan seorang gelandangan miskin, kemudian membawa
gelandangan yang tidak mempunyai tempat tinggal ini ke gunung,
memberinya tugas merawat sapi perah.
Setelah gelandangan ini tinggal beberapa waktu di gunung, dia berkeluh
kesah pada si pencari spiritual : "Saya dan Anda tidak sama, saya
membutuhkan seorang istri, saya ingin kehidupan keluarga yang normal."
si pencari spiritual ini merenungi ada benarnya juga yang dikatakan
oleh si gelandangan itu, dia tidak boleh memaksa orang lain harus sama
seperti dirinya, melewati hidup menempa diri menahan nafsu.
Demikianlah kisah ini terus berkembang, dan Anda mungkin telah
mengetahuinya, yang mana pada akhirnya, mungkin setelah setengah tahun
kemudian, segenap warga desa semuanya telah pindah ke gunung. Ini
sebenarnya kisah yang persis terjadi pada kita setiap orang. Nafsu
atau keinginan itu seperti sebuah rantai, saling bertautan, selamanya
tidak dapat mencukupi........


CATATAN SUBUH #106

Sebuah perusahaan kereta api mempunyai seorang
karyawan bernama Nick, dia sangat serius dengan pekerjaannnya, juga
penuh tanggung jawab dalam bekerja, namun dia mempunyai sebuah
kekurangan yaitu dia sangat pesimis terhadap kehidupan, sering kali
berpikir negatif dalam memandang dunia ini.
Pada suatu hari semua karyawan perusahaan tersebut bergegas untuk
memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada bosnya, semuanya telah
pergi agak awal dengan tergesa-gesa. Malangnya, Nick tanpa sengaja
terkurung dalam sebuah lemari es besar di kereta. Nick dengan sekuat
tenaga terus mengetuk lemari es dan berteriak, malangnya semua
karyawan perusahaan itu telah pergi, sama sekali tidak ada orang yang
bisa mendengarnya.

Telapak tangan Nick sampai merah dan bengkak mengetuknya, dan
kerongkongannya menjadi serak dan kering, namun tidak ada juga orang
yang memperhatikannya, akhirnya ia hanya bisa kesal duduk di atas
lantai lemari es meredakan napasnya. Semakin dipikirkan dia semakin
takut, dalam hati berpikir: suhu lemari es hanya 0 F, jika tidak
keluar juga, pasti bisa mati kedinginan dan kehabisan udara didalam.
Lalu mau tidak mau dia dengan tangan yang gemetar, mencari pulpen dan
kertas, untuk menulis surat wasiat. Pada hari kedua di waktu pagi,
karyawan perusahaan mulai berdatangan masuk kerja. Mereka membuka
lemari es, dan secara mengejutkan menemukan Nick jatuh pingsan di atas
lantai. Saat mereka akan membawa Nick untuk diberikan pertolongan
darurat, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi.

Saat lemari es diperiksa, semuanya menjadi sangat terkejut, karena
power pendingin lemari es tidak diaktifkan (lemari es tidak
dinyalakan), lemari es raksasa ini juga memiliki oksigen yang cukup,
yang lebih membuat orang merasa heran adalah, suhu dalam lemari hanya
berkisar 61 F, namun di luar dugaan Nick menjadi mati (kedinginan)!

Sebenarnya, semangat barulah sumber kekuatan, yang benar-benar
mengalahkan diri kita hanya perasaan kita sendiri. Apabila tekad telah
hilang, berarti segalanya juga tiada lagi.


CATATAN SUBUH #105

 Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti
didepan flat kami yang cuma berkamar satu.
Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari
mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami.
Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat
bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air
bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha
dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran
meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah
pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai
dirumah juga
pada waktu yang bersamaan.
Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan
yang tidak kusangka-sangka. Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu
adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang
merangkulku. Hatiku
Sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang
kubelikan untuknya.
Dew berkata , “Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis.”
Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru
menikah, istriku pernah berkata, “Pria sepertimu,begitu sukses,akan
menjadi sangat menarik bagi para gadis.”
Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah
menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku
melepaskan tangan Dew dan berkata, “Kamu harus pergi membeli
beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor”
Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku
walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat
sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun
ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri
yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk
santai didepan TV. Makan malam segera tersedia.
Lalu kami akan menonton TV sama-sama.Atau aku akan menghidupkan
komputer,membayangk an tubuh Dew.Ini adalah hiburan bagiku.
Suatu hari aku berbicara dalam guyon, “Seandainya kita bercerai,
apa yang akan kau lakukan? ”
Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia
percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya.
Ketika istriku mengunjungi kantorku,Dew baru saja keluar dari ruanganku.
Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati
dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu
selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha
tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan
di matanya. Sekali lagi, Dew berkata padaku,” He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu
kita akan hidup bersama.” Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh
ragu-ragu lagi.Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku
pegang
tangannya,” Ada sesuatu yang harus kukatakan
Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka
dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa.
“Aku ingin bercerai”, ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah.
Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,”Kamu bukan laki-laki!”.
Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.
Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian
dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku.
Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.
Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup
bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku.
Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak
pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu
pembebasan untukku.
Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis.
Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya.
Ia tidakmenginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu
sebulan
sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup
bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana:
Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya
adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran
rumah tangga kami.Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya,”
He Ning, apakah
kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari
pernikahan kita?”
Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah
kepadaku.Aku mengangguk dan mengiyakan. “Kamu membopongku
dilenganmu”,katanya, “Jadi aku
punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetapmembopongku pada waktu
perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulanIni, setiap pagi kamu
harus membopongku
keluar dari kamar tidur ke pintu.Aku memberitahukan Dew soal
syarat-syarat perceraian dari istriku.
Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. “Bagaimanapun trik
yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,”
ia mencemooh. Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak
kukatakanperceraian itu. Jadi ketika akumembopongnya dihari pertama,
kami kelihatan
salah tingkah. Dari kamar tidur ke ruangduduk, lalu ke pintu, aku
berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.Ia memejamkan mata dan
berkata dengan lembut,”
Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita.”
Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.
Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami
begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku
menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita
ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.
Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, “Kebun diluar sedang dibongkar,
hati-hati kalau kamu lewat sana .”
Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih
mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku
dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar.
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,
seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika,
aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk.
Perasaan kedekatan terasa semakin erat.
Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk
membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa
menemukan yang cocok.
Lalu ia melihat,”Semua pakaianku kebesaran”.
Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus
itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan
aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam
hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit
Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.
“Pa,sudah waktunya membopong mama keluar”
Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi
bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya
dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut
aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia
dilenganku,berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras.
Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya
dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia
kelihatan agak
pucat dan kurus, membuatku sedih.
Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah
dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata,
“Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua”.
Aku memeluknya dengan kuat dan berkata
“Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra”.
Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut
keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga.
Dew membuka pintu. Aku berkata padanya,” Maaf Dew, Aku tidak ingin
bercerai. Aku serius”. Ia melihat kepadaku, kaget.
“Maaf, Dew,Aku cuma bisa bilangmaaf padamu,Aku tidak ingin bercerai.
Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa
merasakan nilai-nilai
dari kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai
lagi.Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia
telah melahirkan anakku.
Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu”
Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku
dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.
Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati
sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.
Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?
Aku tersenyum, dan menulis ” Aku akan membopongmu setiap pagi
sampai kita tua…”

CATATAN SUBUH #104

 Kisah Nyata: Kebesaran Jiwa Seorang Ibu
Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan gue udeh lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.
Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.
Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.
Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be.
Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).
Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.
Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ” Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”.
Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.
Ketika membaca kisah ini dimedia cetak, saya sempat menangis karena tidak sempat bersujud di hadapan Mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th lebih saat itu.
Teman2 yang masih punya Ibu di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya, sampaikan terima kasihmu yang paling dalam dan tulus. Ya, selagi masih ada waktu…..!

CATATAN SUBUH #103

Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kado di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari Ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya di kampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan di kota besar ini. Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata, gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air mata nya hendak meleleh, seperti akan menangis.
Setelah cerita cerita lalu dilantunkan, pria itu lalu bertanya “Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?”
“Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya,” gadis cantik itu melanjutkan, “Seumur hidup, saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu.”
“Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus, kok.” Cerita pria tersebut sambil turut mengamati salah satu karangan bunga.
“Uang saya tidak cukup.”
“Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya.” Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.
Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.
Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.
Setelah memarkir mobil,  pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya. Ibu itu dulu meninggal saat melahirkan gadis itu.
Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.
Siang itu juga, pemuda sukses itu langsung memacu mobilnya.. pulang ke kampungnya.. untuk melihat wajah ibu yang dia rindukan selama ini.. untuk bersujud di bawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya..
——
Untuk para sahabat.. terutama calon Ibu, para Ibu, dan khusus untuk IBU saya di sorga.. Saya ucapkan “Selamat Hari Ibu” … ^^ semoga cerita ibu ini bisa membuat emasmu tetap sekuat baja.. dan airmu tetap seluas samudera..

CATATAN SUBUH #102

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

CATATAN SUBUH #101

Manakala hidupmu tampak susah untuk dijalani…
manakala 24 jam sehari terasa masih kurang …
ingatlah akan toplesmayones dan dua cangkir kopi.
* * * *
Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa
barang di depan mejanya. Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatahkata,
dia mengambil sebuah toples kosong mayones yang besar dan mulai
mengisidengan bola-bola golf.
Kemudian dia berkata pada para muridnya,apakah toples itu sudah penuh.
Mereka menyetujuinya.
Kemudian dia mengambil sekotak batu koraldan menuangkannya ke dalam toples.
Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batukoral masuk, mengisi tempat yang
kosong di antara bola-bola golf.
Kemudian dia bertanya pada para muridnya,apakah toples itu sudah penuh.
Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh.
Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasirdan menebarkan ke dalam toples
… Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya.
Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh …Para murid dengan
suara bulat berkata, “Yes” …
Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan
isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara
pasir. Para murid tertawa ….
“Sekarang,” kata profesor ketikasuara tawa mereda, “Saya ingin kalian
memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. “”Bola-bola golf adalah
hal-hal yangpenting – Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para
sahabat”
“Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih
tetap penuh.”
“Batu-batu koral adalah segala hal lain,seperti pekerjaanmu, rumah dan
mobil.”
“Pasir adalah hal-hal yang lainnya –hal-hal yang sepele.”
“Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples,” lanjut profesor,
“Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk
bola-bola golf.
Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu.”"Jika kalian menghabiskan energi
untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal
yang penting buat kalian.”
“Jadi …”"Beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. ”
“Bermainlah dengan anak-anakmu. ”
“Luangkan waktu untuk check up kesehatan.”
“Ajak pasanganmu untuk keluar makanmalam”
“Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki perabotan.”
“Berikan perhatian terlebih dahulu kepadabola-bola golf  — Hal-hal yang
benar-benar penting.
Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya.
“Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya,
“Kopi mewakili apa?”
Profesor tersenyum
“Saya senang kamu bertanya.”
“Itu untuk menunjukkan kepada kalian,sekalipun hidupmu tampak sudah begitu
penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat…”

Sabtu, 22 Desember 2012

CATATAN SUBUH #100

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat
karib yang sedang berjalan melintasi
gurun pasir. Di tengah perjalanan,
mereka bertengkar, dan salah seorang
menampar temannya.
Orang yang kena tampar merasa sakit hati tapi
dengan tanpa berkata-kata dia menulis di
atas pasir;
HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.
Mereka terus berjalan, sampai menemukan
sebuah oasis, di mana mereka memutuskan
untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar
dan terluka hatinya mencoba berenang namun
nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan
oleh sahabatnya.
Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah
hilang, dia menulis di sebuah batu;
HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.
Orang yang menolong dan menampar
sahabatnya bertanya,
“Kenapa setelah saya melukai hatimu,
kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu
menulis di batu?”
Temannya sambil tersenyum menjawab,
“Ketika seorang sahabat melukai kita,
kita harus menulisnya di atas pasir agar angin
maaf datang berhembus dan menghapus
tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar
biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas
batu hati kita, agar tidak bisa hilang
tertiup angin.”
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat
dan konflik dengan pasangan, suami/isteri,
kekasih, adik/kakak, kolega, dll, karena sudut
pandang yang berbeda.
Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan
dan lupakan masalah lalu. Manfaat positif dari
continuous relationship mungkin sekali jauh
lebih besar ketimbang kekecewaan masa lalu.
Nobody’s perfect.

CATATAN SUBUH #99

Cerita ini berawal ketika seorang pemuda melamar menjadi cleaning service di sebuah perusahaan. Perawakannya yang kecil sangat mirip dengan anak SMP walaupun usianya sudah dua puluh tahun. Tetapi bukan hanya penampilannya, pemuda itu benar-benar cuma lulusan SMP. Makanya, dia memilih melamar jadi cleaning service saja.
Hari itu adalah hari yang teramat berat bagi mantan anak SMP itu. Pertama-tama ia harus menjalani tes wawancara, kemudian tes penggunaan alat-alat pembersih modern yang tidak ia mengerti, belum lagi tatapan  mata para pengawas yang terlihat seperti sangat meremehkan perawakannya yang mirip anak SMP.
Akhirnya tes hari itu pun berakhir, seorang pegawai personalia menemuinya lalu berkata, “Oke, cukup untuk hari ini, tolong isi formulir ini. Jangan lupa untuk mengisi email, karena kami akan mengumumkan hasil tes ini lewat email.”
” Pak, maaf, saya tidak punya email.” Jawab pemuda itu.
“Ya sudah, maaf juga, berarti Anda belum layak untuk bekerja di perusahaan Teknologi Informasi ini.” Kata pegawai personalia itu.
Dengan kecewa, mantan anak SMP itu pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, tiba-tiba tetangganya menemuinya. Tetangga itu bercerita bahwa ia punya sebuah pohon mangga yang berbuah lebat, tetangga itu meminta tolong pemuda itu untuk menjualkannya di pasar. “Nanti hasilnya 60 persen buat kamu, 40 persen buat aku. Gak banyak kok, paling-paling cuma sekitar 10 kg.”
Pemuda itu pun menyetujuinya dan segera membawa mangga-mangga itu ke pasar lalu menjualnya. Setelah semuanya terjual, pemuda itu menemui tetangganya lagi dan mengambil 60% bagiannya. Dia malah dapat ide, dia menemui tetangga yang lain yang masih punya pohon mangga lalu membelanjakan semua uangnya untuk membeli mangga tersebut dan menjualnya lagi ke pasar. Dia sangat senang ketika melihat uang di tangannya menjadi berlipat ganda.
Hal ini akhirnya rutin ia lakukan. Bukan hanya mangga, mantan anak SMP itu mulai mencari alternatif lain. Rambutan dan buah-buahan lain juga turut masuk daftar dagangnya. Lambat laun, ia memiliki gerobak untuk membawa buah-buah itu. Kemudian ia bisa membeli mobil pickup pada tahun berikutnya. Lama-lama, bisnis dagangnya tumbuh besar. Ia akhirnya menjadi seorang distributor buah yang cukup kaya.
Pada suatu hari seorang sales website menemuinya dan menawarkan berbagai keuntungan jika membuat website. Di akhir perbincangannya, sales itu bertanya dengan sopan, “Kalau boleh tau, apa email bapak?”
“Saya tidak punya email.” Jawab pemuda mantan anak SMP itu.
“Wah, seharusnya pedagang sebesar bapak sudah punya email. apakah bapak tahu manfaat email?” tanya sales dengan sopan.
Jawab pemuda lulusan SMP itu, “Setahu saya, jika saya punya email, mungkin saat ini saya hanya menjadi seorang cleaning service di kantor Anda.”

CATATAN SUBUH #98

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.
Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.
Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.
Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.
Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, “Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku.
Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan?
Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku.”
Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, “Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan…kita mesti lihat apa yang akan terjadi…”
Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras.
Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya…
Dia tidak melihat sehelai pita kuning…
Tidak ada sehelai pita kuning….
Tidak ada sehelai……
Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning….bergantungan di pohon beringin itu…Ooh…seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning…!!!!!!!!!!!!
Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, “Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree”, dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973.
I’m coming home I’ve done my time And I have to know what is or isn’t mine If you received my letter Telling you I’d soon be free Then you’d know just what to do If you still want me If you still want me Oh tie a yellow ribbon ‘Round the old oak tree It’s been three long years Do you still want me If I don’t see a yellow ribbon ‘Round the old oak tree I’ll stay on the bus, forget about us Put the blame on me If I don’t see a yellow ribbon ‘Round the old oak tree Bus driver please look for me ‘Cause I couldn’t bare to see what I might see I’m really still in prison And my love she holds the key A simple yellow ribbon’s all I need to set me free I wrote and told her please Oh tie a yellow ribbon ‘Round the old oak tree It’s been three long years Do you still want me If I don’t see a yellow ribbon ‘Round the old oak tree I’ll stay on the bus, forget about us Put the blame on me If I don’t see a yellow ribbon ‘Round the old oak tree Now the whole damn bus is cheering And I can’t believe I see A hundred yellow ribbons ‘Round the old, the old oak
tree Tie a ribbon ’round the old oak tree Tie a ribbon ’round the old oak
tree Tie a ribbon ’round the old oak tree Tie a ribbon ’round the old oak
tree Tie a ribbon ’round the old oak tree Tie a ribbon ’round the old oak
tree Tie a ribbon ’round the old oak tree Tie a ribbon ’round the old oak tree

CATATAN SUBUH #97

Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung suatu pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang utuh itu selalu dapat membawa air penuh, setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun hal itu terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun, si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberi setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata pada si tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
“Kenapa?” tanya si tukang air, “Kenapa kamu merasa malu?”
“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya yang membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi,” kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separo air yang dibawanya telah bocor, dan kembali dia minta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tetapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang utuh. Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya.
Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”
Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tidak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu.
Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.
Seseorang disebut sebagai orang yang sukses jika ia bisa tetap hidup dan menikmati kesuksesannya dengan rasa bersyukur.

CATATAN SUBUH #96

“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak elaki itu terisak-isak berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.
Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,” kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya,
“Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia.” kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.”
Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Dihari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah…bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.
“Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,” bisik sang ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?”
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.
Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat.

CATATAN SUBUH #95

Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.

Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China.

Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan yang ia makan lebih banyak didapatkan dengan cara memulung. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian?
Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.

Kejadian yang Mulai Merubah Pandangan Hidupnya

Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.
Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ditanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan.  Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.
Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh.
Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.

Dalam Memberi, Bai Fang Li Tak Pernah Menuntut Apapun

Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya.
Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000.

Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.

Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang sangat tinggi kepada nasib orang lain yang lebih kurang beruntung dari dirinya.

CATATAN SUBUH #94

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya
sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan
dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar
biasa mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin
pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang
setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya,
“Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana
memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah
tersebut.
“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai
dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah
hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih
bahagia…..”
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari
pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan
tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab
hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat
untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak
mereka masing-masing.
Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. “Aku akan
mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya.
Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman… Ketika ia mulai
membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia
memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir…..
“Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.
“Oh tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu
kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan
bahagia “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”.
Dengan suara perlahan suaminya berkata
“Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa
engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah
dirimu sendiri. Engkau sangat cantik dalam kondisi apapun dan juga
baik, engkau selalu  menemaniku dalam suka dan duka. Tidak satupun
dari pribadimu yang kudapatkan kurang dan aku selalu mencintaimu apa
adanya…. ”
Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan
cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa
adanya… Ia menunduk dan menangis…..
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi,
dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan
hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan
pengharapan.
Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk,
mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal
yang indah di sekeliling kita ?  kita akan menjadi orang yang
berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang
baik dan mencoba melupakan yang buruk

CATATAN SUBUH #93

Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri.
Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu
menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan
yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang
isteri.
Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke
pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat
nanti, isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.
Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu
ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli
dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah,
dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia
bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu.
Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah
memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun
untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri
pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja
sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.
Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa
kematiannya sudah dekat.
Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu
berpikir, “Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku
pergi, mungkin aku akan sendiri”.
Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, “Sampai saat ini, aku
paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang
paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu.
Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?”
“Tidak akan!” balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa
mengatakan apapun lagi.
Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.
Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, “Aku
sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah
kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku?”
“Tidak!” sahut sang isteri. “Hidup ini begitu indah! Saat kau
meninggal, akupun akan menikah kembali!”
Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.
Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, ”
Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti
aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku?”
“Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!”
jawab isteri keduanya. “Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut
menemanimu menuju pemakamanmu.”
Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan
menghancurkan hatinya.
Tiba-tiba, sebuah suara berkata:
“Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.” Sang raja
menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah
olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti
menderita kekurangan gizi.
Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat,
sang raja berkata sendu, “Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat
aku m asih punya banyak kesempatan!”
Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai ’4 isteri’ dalam
hidup kita….
‘Isteri keempat’ kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak
waktu dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus,
tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal.
Kemudian ‘Isteri ketiga’ kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita.
Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.
Sedangkan ‘isteri kedua’ kita adalah keluarga dan teman-teman kita.
Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, tetap
saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke
pemakaman.
Dan akhirnya ‘isteri pertama’ kita adalah jiwa, roh, iman kita,
yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan
kepuasan nafsu.
Padahal, jiwa, roh, atau iman inilah yang akan mengikuti kita
kemanapun kita pergi.
Jadi perhatikan, tanamkan dan simpan baik-baik dalam hatimu sekarang!
Hanya inilah hal terbaik yang bisa kau tunjukkan pada dunia.

CATATAN SUBUH #92

Berarti sudah dua tahun aku menjalin kasih dengan George. Menghadapi
George rasanya seperti bersama sahabat lama. Aku berkenalan dengannya
saat pesta pertunangan Genta dan kekasihnya, Hariman. George, pria
yang amat baik, sabar dan humoris. Sulit untuk menolak pria
sepertinya. Ia jatuh cinta padaku, begitu juga denganku. Bayangkan
betapa berjodohnya kami, George dan Georgina. Sama-sama menyukai
sepakbola, terutama Italia. Satu lagi, kami menyukai es krim!
Berkasihan dengannya rasanya begitu membahagiakan. Tapi kini rasanya
aku akan khilangan dia. SEGERA!!!!
“KAMU BERCANDA?” George memastikan. Tatapan matanya tidak ingin
mempercayai apa yang didengarnya barusan.
“Aku serius, George. Aku sudah tidak perawan lagi” jawabku pelan
sambil menatapnya dengan pilu. Pedih melihat hatinya yang terluka
terlukis di sepasang matanya yang tajam.
“Mengapa baru kamu katakan sekarang ketika aku melamarmu?” tanyanya
dengan suara serak.
“George, aku tak pernah menyangka akan menikah denganmu. Selama ini
aku selalu gagal membina hubungan, jadi aku tak pernah berharap
terlalu banyak. Maafkan aku tlah mengecewakanmu. Tapi lebih baik
kukatakan sekarang daripada kamu kecewa di malam pengantin kita yang
tanpa darah” jawabku sendu.
“Dengan siapa kamu melakukannya?” tanya George menyelidik. Aku
menggeleng. Tak ingin menjawab. Suasana hening, rasanya lebih dingin
daripada ruangan yang berhantu.
“Aku masih sangat naif. Aku pikir akan menikah dengannya. Aku
melakukannya dengan penuh cinta. Tapi ternyata aku kehilangan dia. Ia
menikah dengan wanita lain” aku menjawab dengan susah payah. Menahan
air mataku agar tidak tumpah. George membuka mulutnya, seakan ingin
bertanya lagi.
“Sudah cukup jangan bahas dia lagi karena itu melukaiku. Kalau ingin
berpisah denganku, katakan saja. Tak usah menginterogasiku seperti
ini, bila akhirnya kau meninggalkanku juga” kataku lagi memotongnya
segera.
George diam saja. Hatinya terluka, jelas terlihat dari raut wajahnya.
Tatapan matanya kosong. Aku memutuskan untuk pergi. Aku tahu semuanya
sudah selesai. Sungguh aku sangat berharap dia akan memanggilku
seperti di film-film, tapi ternyata ia tak melakukan itu. Tak kudengar
suaranya memanggil namaku. Berakhir sudah. Aku tlah benar-benar
kehilangan dia.
Aku selalu memikirkan hal itu. Sungguhkah setiap pria membutuhkan
melihat tetasan darah segar di malam pengantinnya? Lalu bagaimana
wanita tahu kaum pria sudah pernah berhubungan intim atau belum,
karena tak ada tanda-tanda fisik selain tanda kejujuran hatinya?
Adilkah ini, Allah? Dia yang dulu begitu kucintai dan kuserahkan
keperawananku ternyata tidak berjodoh denganku. Lalu aku dengan siapa?
“Aku mati-matian berusaha melupakanmu. Kalau kamu sekarang muncul
lagi, kamu akan membuatku berharap lagi dan aku akan makin terluka”
kataku sambil melangkah pergi meninggalkannya . George tlah menantiku
di depan studio seperti yang selalu dilakukannya dulu waktu kami masih
berkasihan. Kali ini aku tak ingin dia memanggil namaku. Dan kalau pun
ia memanggil, aku tak akan berhenti untuknya. “Georgina” panggilnya.
Ia memanggil. Hatiku rasanya seperti kesetrum tapi aku tak boleh
berhenti. Menoleh pun jangan. “Georgina” panggilnya lagi, tapi kali
ini disusul dengan lari kecil mengejarku dan ia memegang erat tangan
kananku. “Aku mencintaimu. Menikahlah denganku” katanya cepat dan
tegas. Langkah kakiku semakin ku percepat. “Kamu dengar aku?” suaranya
terdengar keras dan kesal. Ia tak mau melepaskan tanganku. “Sebaiknya
kamu menikah dengan wanita lain saja. Yang bukan hanya mencintaimu
tapi juga masih perawan” jawabku dingin. Tak berani menatap matanya
yang selalu membuatku tergetar. Aku tahu kau sangat mencintaiku,
begitu juga dengan aku. Tapi aku tak tega melihatmu bersedih ketika
malam pengantin nanti.
“Maumu apa, Ge?” tanyanya putus asa. Aku menangis. Ia memelukku erat-erat.
“Maafkan aku tlah menyakitimu” kata George berbisik di telingaku.
Aku menggeleng, “Tidak. Aku yang tlah menyakitimu” aku berganti berbisik.
” Dengar aku” George melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua
tanganku. Dan mencari mataku. Kami bertatapan, “Persetan dengan darah
itu. Aku membutuhkanmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jangan
tinggalkan aku. Aku mohon, sayank” kata George memohon.
Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu, kau sudah menjadi urat nadiku.
Ya Allah, bila aku masuk surga dan ia masuk neraka karena perzinahan
itu, tukarlah tempat kami. Atau, izinkan aku ke neraka menemaninya,
menderita bersamanya. Aku cinta wanita ini, Allah. Sedikitpun aku tak
layak menghakiminya.
Georgina, sayankku, pria yang bersamamu di malam itu, dia yang
memerawanimu memang beruntung. Namun aku yang paling beruntung karena
mendapatkan dirimu, cintamu. Dan HATIMU.
Wanitaku yang jujur. Kuganti kejujuranmu dengan rasa cintaku yang tak
akan berakhir. Aku tak membutuhkan tetes darahmu di malam pengantin
kita. Yang aku butuhkan, di setiap tetes darah yang mengalir di
tubuhmu menyatakan bahwa kau MENCINTAIKU.
~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~

CATATAN SUBUH #91

Alkisah di suatu desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang Ibu sering sekali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya . Adapun anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi,mengadu ayam, dan banyak lagi yang membuat si ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun begitupun ibu tua itu selalu berdoa kepada Tuhan,
“Tuhan tolong Kau sadarkan anakku yang ku sayangi, supaya ia tidak berbuat dosa lebih banyak lagi. Aku sudah tua dan aku ingin menyaksikan dia bertobat, sebelum Aku mati”.
Namun semakin lama si Anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya.
Suatu hari ia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk desa. Namun malang nasibnya akhirnya ia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan lewat. Kemudian dia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan di Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si Anak tersebut dijatuhi hukuman Pancung.
Pengumuman hukuman itu disebarkan ke seluruh desa. Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng Gereja berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai juga ke telinga si Ibu. Dia menangis, meratapi Anak yang sangat dikasihinya. Sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan.
“Tuhan, Ampunilah Anak Hamba.Biarlah HambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya.” Dengan tertatih-tatih dia mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si Anak tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si Ibu kembali ke rumah . Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni.Karena kelelahan dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan ,rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang Algojo sudah siap dengan Pancungnya, dan si Anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.
Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan , lonceng Gereja belum juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatangi petugas yang membunyikan lonceng di Gereja. Dia Juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng tapi, suara dentangnya tidak ada. Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang di pegangnya mengalir darah, darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat di mana Lonceng diikat.
Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu. Tahukah Anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng besar itu ditemui tubuh si Ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk Bandul di dalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng . Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata . Sementara si Anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan.Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke Atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi di dalam lonceng,untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

CATATAN SUBUH #90

Sebuah cerita dari Tiongkok Di sebuah daerah tinggal seorang saudagar kaya raya. Dia mempunyai seorang hamba yang sangat lugu – begitu lugu, hingga orang-orang menyebutnya si bodoh.
Suatu kali sang tuan menyuruh si bodoh pergi ke sebuah perkampungan miskin untuk menagih hutang para penduduk di sana. “Hutang mereka sudah jatuh tempo,” kata sang tuan.
“Baik, Tuan,” sahut si bodoh. “Tetapi nanti uangnya mau diapakan?”
“Belikan sesuatu yang aku belum punyai,” jawab sang tuan.
Maka pergilah si bodoh ke perkampungan yang dimaksud. Cukup kerepotan juga
si bodoh menjalankan tugasnya; mengumpulkan receh demi receh uang hutang
dari para penduduk kampung. Para penduduk itu memang sangat miskin, dan pula
ketika itu tengah terjadi kemarau panjang.
Akhirnya si bodoh berhasil jua menyelesaikan tugasnya. Dalam perjalanan pulang ia teringat pesan tuannya, “Belikan sesuatu yang belum aku miliki.”
“Apa, ya?” tanya si bodoh dalam hati.
“Tuanku sangat kaya, apa lagi yang belum dia punyai?”
Setelah berpikir agak lama, si bodoh pun menemukan jawabannya. Dia kembali ke perkampungan miskin tadi. Lalu dia bagikan lagi uang yang sudah dikumpulkannya tadi kepada para penduduk.
“Tuanku, memberikan uang ini kepada kalian,” katanya.
Para penduduk sangat gembira. Mereka memuji kemurahan hati sang tuan.
Ketika si bodoh pulang dan melaporkan apa yang telah dilakukannya, sang tuan geleng-geleng kepala.
“Benar-benar bodoh,” omelnya.
Waktu berlalu. Terjadilah hal yang tidak disangka-sangka; pergantian pemimpin karena pemberontakan membuat usaha sang tuan tidak semulus dulu.
Belum lagi bencana banjir yang menghabiskan semua harta bendanya.
Pendek kata sang tuan jatuh bangkrut dan melarat. Dia terlunta meninggalkan rumahnya. Hanya si bodoh yang ikut serta. Ketika tiba di sebuah kampung, entah mengapa para penduduknya menyambut mereka dengan riang dan hangat; mereka menyediakan tumpangan dan makanan buat sang tuan.
“Siapakah para penduduk kampung itu, dan mengapa mereka sampai mau berbaik hati menolongku?” tanya sang tuan.
“Dulu tuan pernah menyuruh saya menagih hutang kepada para penduduk miskin kampung ini,” jawab si bodoh.
“Tuan berpesan agar uang yang terkumpul saya belikan sesuatu yang belum tuan punyai. Ketika itu saya berpikir, tuan sudah memiliki segala sesuatu. Satu-satunya hal yang belum tuanku punyai adalah cinta di hati mereka. Maka saya membagikan uang itu kepada mereka atas nama tuan. Sekarang tuan menuai cinta mereka.”

CATATAN SUBUH #89

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun – dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.
Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka.karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis….jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala (*_~).
Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa “melihat” para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.
Ayah benar-benar senang membantu seseorang… tapi ia sukar meminta bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?… .mmmmhhh…” tidak terlalu mengecewakan” (^_~). Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. (*_~).
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam…walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah
AYAH ITU MURAH HATI….. Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang
kamu butuhkan…. .
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ….
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka…..
Ia menghentikan apasaja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara…
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya….
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu….
Ayah akan berkata “tanyakan saja pada ibumu” ketika ia ingin berkata “tidak”.
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan “tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan”
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya….
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri….
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.
Ayah mengira seratus adalah tip..; Seribu adalah uang saku..; Gaji pertamamu terlalu besar untuknya…
Ayah tidak suka meneteskan air mata …. ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis). Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu…ketika kau mimpi akan dibunuh monster… tapi…..ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata :” kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya”
Untuk masadepan anak lelakinya Ayah berpesan: “jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu”
Dan Untuk masadepan anak gadisnya ayah berpesan: “jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”

CATATAN SUBUH #88

Di British Columbia, dibangun sebuah penjara baru untuk menggantikan penjara Fort Alcan lama yang sudah digunakan untuk menampung para narapidana selama ratusan tahun. Setelah para napi dipindahkan ke tempat tinggal mereka yang baru, mereka menjadi bagian dari pasukan pekerja untuk mencopoti kayu, alat-alat listrik, dan pipa yang masih dapat digunakan dari penjara lama. Di bawah pengawasan para penjaga, napi-napi itu mulai melucuti dinding-dinding penjara lama.
Saat mereka melakukannya, mereka terperanjat oleh apa yang mereka temukan. Walaupun gembok-gembok besar mengunci pintu-pintu logam, dan batangan-batangan baja dua inci menutupi jendela sel-sel, dinding-dinding penjara itu sebenarnya terbuat dari kertas dan tanah liat, dicat sedemikian rupa sehingga menyerupai besi! Jika ada dari para narapidana yang memukul atau menendang dinding itu dengan keras, mereka dengan mudah dapat membuat lubang di situ, dan melarikan diri. Selama bertahun-tahun, bagaimanapun juga, mereka tinggal berjubel dalam sel-sel terkunci mereka, menganggap bahwa melarikan diri adalah
sesuatu yang mustahil.
Tak seorang pun pernah MENCOBA melarikan diri, karena mereka BERPIKIR itu mustahil.
Saat ini, banyak orang merupakan tawanan rasa takut. Mereka tak pernah berusaha mengejar impian-impian mereka karena berpikir bahwa itu merupakan sesuatu yang mustahil. Bagaimana Anda tahu bahwa Anda tak dapat berhasil bila Anda tidak mencoba?

CATATAN SUBUH #87

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut.”
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar.”
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali,” kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.”
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. “Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama,” kata pria itu hampir bersamaan. “Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan”, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. “Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa di antara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho… menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita.”
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta.”
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.”
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa di antara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”
Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.
Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si kesuksesan. “Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Di ana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

CATATAN SUBUH #86

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di Sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, “Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson.”
Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun ju mlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan idak pernah ia berbuat hal sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, “Dan ingatlah kepada saya.”
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: “Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: ‘Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.’ Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, “Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!”
Ada pepatah lama yang berkata, “Berilah maka engkau diberi.” Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus ki sah ini, jangan biarkan saja!
Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. Tuhan memberkati anda!

CATATAN SUBUH #85

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap.
Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu.
Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu.
Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.
“Buk….!” Aah…, ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu.
Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.
“Cittt….” ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan.
Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele.
Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.
Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa.
Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.
“Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!”
Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.
“Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya.
“Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.
Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.
“Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.
“Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.
“Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….”
Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.
“Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku.
Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..” Kini, ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.
“Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda?
Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya.”
Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam.
Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan.
Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah.
Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.
Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.
“Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak.”
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dilewatinya.
Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya.
Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu.
Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.
Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: “Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”
Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan.
Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan.
Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada
masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?
Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita.
Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya.
Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.
Teman, kadang memang, ada yang akan “melemparkan batu” buat kita agar kita
mau dan bisa berhenti sejenak.
Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya,
atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

CATATAN SUBUH #84

Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan, sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan. “Siapakah orang yang paling penting dalam kehidupan Anda?” Pengajar pun meminta bantuan seorang peserta maju ke depan
kelas, dan mulai melakukan permainan itu.
“Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini”
Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis. Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya. Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya.
Selanjutnya pengajar itu menyilakan lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya, sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya.
Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama. Nama orang tuanya, nama suami serta nama anaknya. Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi. Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar. Menebak-nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu. Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih.
Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata: “Coret satu lagi!”
Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama. Nama orang tuanya.
“Silakan coret satu lagi!”
Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah. Ia mengangkat spidolnya tinggi-tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya. Nama anaknya. Seketika itu pun pecah isak tangis di kelas.
Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya:
“Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda? Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda. Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi. Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?”
Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas. Menunggu apa yang hendak dikatakannya. “Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anak pun demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”