Pada
pertengahan tahun pada waktu itu, seorang ibu hendak naik pesawat tujuan
Malaysia. Pakaiannya sangat sederhana, kerudungnya pun sangat
sederhana. Ibu itu membawa sebuah koper yang tidak terlalu besar dan
mengantri di loket pengecapan pasport. Tak Ia sadari ada seorang pemuda
yang memperhatikan ibu tersebut. 1 jam kemudian pesawat tujuan Malaysia
tersebut lepas landas. Sang ibu tadi duduk di kelas ekonomi, dan
ternyata pemuda yang tadi memperhatikannya duduk disampingnya.
Tak lama kemudian terjadilah percakapan seperti ini:
Pemuda: "Bu, mau ke Malaysia juga?"
Ibu: "Betul nak."
Pemuda: "Ooohh.. mau kerja ya bu jadi TKW? (Pemuda itu tampak memperhatikan pakaian ibu tersebut yang amat sederhana)".
Ibu: (tersenyum)
Pemuda: "Saya sarankan bu, lebih baik ibu kembali saja ke Indonesia. Di
Malaysia itu serba tidak jelas bu. Tidak jelas nasib dan gajinya. Banyak
TKW yang disiksa, ditelantarkan, diperkosa, bahkan dibunuh oleh
majikannya. Sudah bu, pulang saja. Lebih baik ibu pulang ke Indonesia
lagi".
Ibu: (kembali tersenyum) "nak, saya ke Malaysia bukan untuk bekerja
sebagai TKW. Tetapi saya akan menghadiri wisuda anak bungsu saya di
Universitas di Kuala Lumpur. Saya memilih berangkat hari ini agar saya
bisa beristirahat dulu. Wisudanya besok nak".
Pemuda: (diam, tersipu malu) "Ooh, maaf bu saya tidak tau soal itu".
Ibu: "Tidak apa-apa nak".
Pemuda: "Oh ya bu, memangnya anak ibu ada berapa orang?"
Ibu: "Anak saya ada 4. Yang bungsu besok baru akan wisuda S2".
Pemuda: "Lalu bagaimana dengan anak ketiga ibu?"
Ibu: "Anak ketiga saya kini menjadi direktur di salah satu perusahaan otomotif di Jerman".
Pemuda: "Luar biasa..!! Lalu anak kedua ibu?"
Ibu: "Anak kedua saya kini bekerja sebagai kepala cabang di salah satu perusahaan minyak dunia di Amerika".
Pemuda: "Subhanallah..!! lalu bagaimana anak pertama ibu? Saya yakin dia pasti lebih luar biasa daripada adik-adiknya bu".
Ibu: (menunduk dan menitikan air mata)
Pemuda: "Maaf bu, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan ibu.
Kalaupun ibu tidak mau menjawab pertanyaan saya juga tidak apa-apa bu.
Saya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa anak-anak ibu sungguh luar
biasa".
Ibu: "Oh tidak apa-apa nak. Anak pertama saya mungkin sekarang ada di
tengah sawah atau sedang memanjat pohon kelapa. Dia adalah petani dan
setiap hari menjual hasil panennya serta kelapa yang ia tanam ke pasar
untuk menyekolahkan ketiga adiknya. Dia memang tidak sukses tetapi
dia-lah anak yang paling ibu banggakan. Dia selalu berkata pada
adik-adiknya: "Dik, belajarlah yang giat, jangan seperti kakak yang
hanya petani kelapa, jadilah orang sukses. Biar kakak yang bekerja untuk
membiayai sekolah kalian".
Pemuda: "Yaa Allah, sungguh luar biasa cerita ibu. Cerita ibu tidak akan
saya lupakan dan semoga bisa menjadi inspirasi bagi saya".
Ibu: "Amiinn.. semoga kamu sukses nak!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar